contact person

Ibu Nuniek 021-36270101


robot forex trading otomatis

Rabu, 28 September 2011

Tentang Homeschooling Kak Seto Surabaya


oleh hskssurabaya
Setiap anak mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan. Sedapat mungkin setiap anak memperoleh pendidikan yang layak bagi diri mereka.  Namun, dari pengalaman di lapangan menunjukkan banyak anak mendapatkan pengalaman yang kurang menyenangkan selama  bersekolah. Sebut saja, kasus bullying, bentakan dan kekerasan dari guru bahkan pemasungan  kreativitas anak. Pengalaman-pengalaman yang kurang berkesan tersebut menimbulkan phobia terhadap sekolah (school phobia) bagi anak dan orangtua.
Penyeragaman kemampuan dan keterampilan semua anak untuk seluruh bidang turut mematikan  minat dan bakat yang tentunya berbeda-beda, karena setiap anak adalah unik. Lebih jauh lagi, kurikulum yang terlalu padat dan tugas-tugas rumah yang menumpuk membuat kegiatan belajar  menjadi suatu beban bagi sebagian anak.
Surabaya sebagai kota metropolitan kedua setelah Jakarta, memiliki ciri-ciri seperti pada umumnya kotabesar. Yaitu kota perdagangan yang sibuk,kota yang tak pernah tidur, mobilitas penduduk tinggi, tingkat polusi yang tinggi akibat asap pabrik dan kendaraan bermotor.  Hal-hal  tersebut memicu kesulitan belajar bagi anak, Diantaranya banyak anak harus membagi waktu antara belajar dan membantu orang tuanya berdagang. Anak-anak yang sibuk mengembangkan kariernya sebagai artis, atlet atau pemusik. Sehingga membuat mereka sulit menyesuaikan diri dengan jadwal yang padat dan tugas yang menumpuk dari sekolah. Selain itu orangtua yang sering berpindahkotakarena tugas membuat anak harus sering beradaptasi pada lingkungan yang baru. Kondisi lingkungankotayang  polusi menyebabkan banyak anak rentan sakit dan gangguan  kesehatan lain sehingga  tidak masuk sekolah dan  tertinggal pelajaran.
 Melihat kondisi tersebut, maka perlu dicarikan solusi alternatif  bagi anak-anak yang kurang cocok dengan sistem pendidikan formal. Salah satu bentuknya adalah  kegiatan homeschooling. Sekolah rumah atau homeschooling, menurut direktur Pendidikan Masyarakat Departemen  Pendidikan Nasional Ella Yulaelawati, adalah proses layanan pendidikan yang secara sadar, teratur  dan terarah dilakukan oleh orangtua atau keluarga. Proses belajar mengajar homeschooling pun berlangsung dalam suasana kondusif.
 Homeschooling dan Sekolah Umum
Pada hakekatnya, homeschooling maupun sekolah umum, sama-sama sebagai sarana untuk menghantarkan anak-anak mencapai tujuan pendidikan seperti yang diharapkan. Tapi homeschooling dan sekolah memiliki perbedaan.
Sistem sekolah, tanggung jawab pendidikan anak didelegasikan orangtua kepada guru dan pengelola sekolah. Sistem terstandarisasi untuk memenuhi kebutuhan anak secara umum. Jadwal belajar seragam untuk seluruh siswa, pengaturan dan penentuan kurikulum dan materi pengajaran terpusat.
Pada homeschooling, tanggung jawab pendidikan anak sepenuhnya berada di tangan orangtua. Sistem disesuaikan dengan kebutuhan anak dan kondisi keluarga, jadwal belajar fleksibel, tergantung kesepakatan anak dan orangtua, materi belajar dan kurikulum ditentukan oleh orangtua. Orangtua dapat  mengembangkan potensi-potensi intelegensi yang dimiliki anak karena potensi setiap anak berbeda  dan unik.
Home Schooling Kak Seto
Dari sekian banyak homeschooling yang ada di Indonesia, salah satunya Home Schooling Kak Seto (HSKS) menawarkan konsep yang berbeda. Dengan mengusung Brand Image Kak Seto sebagai psikolog, tokoh Nasional  yang peduli Anak dan pendidikan, serta icon homeschooling dan pendidikan alternatif. HSKS adalah sekolah alternatif yang menempatkan anak-anak sebagai subyek  dengan pendekatan secara ”at home” atau di rumah. Sehingga anak-anak merasa nyaman belajar, karena mereka mereka dapat belajar apapun sesuai dengan keinginannya dengan jam belajar yang  fleksibel: mulai dari bangun tidur sampai berangkat tidur lagi.
Jenjang pendidikan pada HSKS mulai dari tingkat SD, SMP, dan SMA.  Pada tingkat SD terdiri dari kelas I sampai kelas VI, pada tingkat SMP terdiri dari kelas VII sampai  kelas IX sedangkan tingkat SMA terdiri dari kelas X sampai kelas XII.
 Homeschooling Kak Seto (HSKS) dilaksanakan berdasarkan filosofi sederhana “belajar dapat dilakukan kapan saja, dimana saja dan dengan siapa saja”.  Visi HSKS adalah sebagai salah satu institusi pendidikan anak yang unggul dan menyediakan  program pendidikan bagi anak agar memiliki keterampilan, life skill, dan karakter yang kokoh  sebagai calon pemimpin bangsa di masa depan.
 LEGALITAS  Ijazah
 Undang-undang no. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengakomodasi  homeschooling sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang dapat dilakukan oleh masyarakat.
Dalam pelaksanaannya, homeschooling berada di bawah naungan Direktorat Pendidikan Kesetaraan,  Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Departemen Pendidikan Nasional RI. Siswa yang  memilih homeschooling akan memperoleh ijazah kesetaraan yang dikeluarkan oleh KEMENDIKNAS,  yaitu: Paket A setara SD, Paket B setara SMP, Paket C setara SMA.  Ijazah ini dapat digunakan  untuk meneruskan pendidikan ke sekolah formal yang lebih tinggi, bahkan ke sekolah-sekolah luar  negeri sekalipun.
Kurikulum
Homeschooling Kak Seto mengacu kepada peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun  2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Selain itu kurikulum yang diterapkan adalah  kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang disusun oleh Homeschooling Kak Seto. Dalam  kegiatan tutorial kedua acuan tersebut disusun dan disampaikan dengan metode Homeschooling Kak  Seto sehingga dirasakan berbeda dengan sekolah formal, agar  peserta dapat mengikuti proses  pembelajaran dengan menyenangkan.
Proses Pembelajaran
Komunitas
Merupakan proses pembelajaran dimana siswa dikumpulkan di sebuah kelas untuk  belajar sambil bersosialisasi dengan teman-temannya. Dalam komunitas jadwal belajar siswa   ditentukan oleh HSKS Surabaya.
Distance Learning
Merupakan proses pembelajaran dimana siswa belajar di rumah menggunakan modul  dan orangtua yang berperan besar sebagai pendidiknya. Dalam Distance Learning jadwal belajar  disusun sesuai kesepakatan antara siswa dan orang tua. Orangtua dapat menambah tutor dari HSKS  atau pihak lain jika diperlukan.
Kegiatan
Kegiatan di Homeschooling Kak Seto (HSKS) terbagi atas 2 kegiatan yaitu :
A.   Kegiatan yang berhubungan dengan proses pembelajaran siswa  (homeschooler) dimana kegiatan tersebut membantu  proses belajar siswa menjadi menyenangkan  seperti :
1. Games
            Merupakan kegiatan yang dilakukan pada awal pembelajaran. Tujuannya untuk mengkondisikan siswa agar lebih siap dan tenang dalam belajar. Dalam kegiatan ini tutor memberikan  games atau permainan yang dapat merangsang kemampuan motorik, analisis, teamwork, berpikir  kritis dan kreatif.
2.  Inspiring Story
            Adalah kegiatan yang dilakukan sebelum pembelajaran bergantian dengan games.  Tutor maupun homeschooler akan memceritakan kisah-kisah yang dapat memotivasi dan menginspirasi. Bisa berupa pengalaman Tutor atau siswa (sharing) juga pengalaman tokoh-tokoh sukses di Indonesia atau manca negara.
3.  Project Class
            Merupakan salah satu kegiatan dan metode belajar yang memadukan kemampuan motorik kasar dan halus homeschooler dengan  kemampuan logika dan analisisnya.  Siswa mempraktekkan teori untuk menghasilkan karya yang berguna atau melakukan percobaan-percobaan ilmiah. Kegiatan  disesuaikan dengan tingkatan kelas siswa (SD, SMP, SMA).
4.  Distance Learning (DL) Gathering
            Merupakan kegiatan yang melibatkan seluruh homeschooler (siswa) yang memilih program  Distance Learning. Kegiatan ini dilakukan dua kali dalam satu semester. Dengan Distance Learning  Gathering ini homeschooler dapat mengenal dan bersosialisasi dengan sesama teman homeschooler  serta tidak hanya belajar di rumah.
5.  Nonton Bareng
            Kegiatan pembelajaran dengan menonton pertunjukan film, teater, konser musik,  drama modern dan tradisional  yang sesuai dengan usia dan perkembangan homeschooler.
6.  Outing  (field trip)
            Outing merupakan proses pembelajaran dimana homeschooler belajar di luar kelas baik berupa  kunjungan ke tempat terbuka maupun tertutup yang memiliki nilai edukasi yang baik, seperti:   musium, perpustakaan, pusat seni/ketrampilan, industri manufacturing, kebun satwa, kebun flora,  hutan lindung dll. Kegiatan ini dilaksanakan sebulan sekali.
7. Ekstrakurikuler
            Kegiatan ini meliputi kegiatan olah fisik / olahraga dan kegiatan dibidang seni sesuai  dengan minat dan bakat siswa seperti seni musik, olah vokal, seni lukis, tari dan menulis / journalis.
B. Kegiatan yang berhubungan dengan orangtua wali murid :
Parent’s Meeting
            Kegiatan ini dilakukan dua kali dalam satu semester dimana orangtua/ wali murid akan memperoleh laporan perkembangan putra/ putrinya dari pihak sekolah. Kegiatan berupa seminar,  konseling dan pembagian hasil kegiatan belajar putra/putrinya.
Bimbingan Konseling
Adalah salah satu bentuk pelayanan kepada homeschooler dan orangtua berkaitan dengan kondisi psikologis maupun sosial yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar. Kegiatan ini  meliputi pemberian materi di kelas, pemberian motivasi belajar, konsultasi pribadi dan diskusi  kelompok dengan orangtua dan homeschooler.
Lembaga Pedidikan Nurul Izza, sebagai  pemerhati dan praktisi pendidikan bekerjasama dengan Dr. Seto Mulyadi mendirikan Homeschooling  Kak Seto (HSKS) di Surabaya. HSKS Surabaya menempati kampus di Jl. Sidosermo Airdas Kav – A7 Surabaya. Telepon : 031 – 8473116 Fax : 031 – 8491824, E-mail:hsks.surabaya@yahoo.com
Contact Person : Kak Emy (0856 4224 5663),  Kak Lis ( 031 78278108 ).

Kak Seto Canangkan Homeschooling sebagai Pendidikan Alternatif


Jurnalnet.com (Bandung): Pakar Pendidikan Anak, Seto Mulyadi atau dikenal sebagai Kak Seto, mengaku telah mencanangkan Program Home School sebagai alternatif pendidikan bagi anak-anak tanpa perlu belajar di sekolah, namun masih diupayakan agar anak didiknya bisa mengkuti ujian kesetaraan dari Pemerintah

`Bersama beberapa komunitas yang peduli pendidikan untuk semua, kami sudah membentuk Asosiasi Sekolah Rumah Pendidikan Alternatif (Asah Pena) pada 4 Mei lalu dan asosiasi ini diharapkan dapat memberikan pembelajaran alternatif bagi anak-anak tanpa harus pergi ke sekolah,` katanya.

Pembentukan ini sudah disampaikan kepada beberapa menteri dan Dirjen Pendidikan agar mendapat dukungan dari Pemerintah.

`Kami mencanangkannya di Departemen Pendidikan Nasional dan Dirjen sebagai pelindungnya, Direktur Kesetaraan sebagai penasihat yang akan mengatur ujian kesetaraan bagi anak yang ikut program Home School ini,` kata Kak Seto yang sudah menerapkan konsep ini pada tiga dari empat orang anaknya.

Ia menuturkan penerapan kurikulum pendidikan sekarang ini dapat dilakukan masing-masing sekolah sesuai dengan kewenangannya untuk menyusun kompetensi dasar kurikulum dan dapat juga berlaku untuk mereka yang memilih untuk belajar di rumah. `Kita bisa menyusun kurikulum dan evaluasi sendiri sesuai dengan delapan standar kompetensi yang sudah ditetapkan Depdiknas,` katanya.

Kak Seto mengingatkan, anak adalah potensi unggul dan penggalian potensi itu tergantung kemampuan guru untuk memberdayakan dan memfasilitasinya karena guru yang baik akan berfungsi sebagai fasilitator.

Ia menjelaskan, kurikulum yang dipakai dalam Home School juga sama yaitu mencakup standar isi, kelulusan, serta proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Konsep belajar di rumah ini, menurut Kak Seto, bisa dilakukan semenjak si anak bangun tidur sampai ia tidur kembali. Demikian juga tempat belajar bisa beragam, mulai dari ruang makan, dapur, kebun, pengalamannya berjalan bersama orang tuanya seperti mengunjungi dokter dan bertemu polisi di jalanan. `Semuanya pembelajaran benar-benar diaplikasikan dalam hidup,` katanya.

Konsep sistem belajar di rumah ini sudah banyak dilakukan di berbagai kota, seperti Yogyakarta, Bali, Manado, dan Balikpapan, bahkan sudah ada memulainya semenjak empat hingga 10 tahun lalu.

`Intinya, kita tetap bisa membuat mereka belajar dan memenuhi hak anak atas pendidikan tanpa dibatasi oleh biaya, jarak, anak cacat atau normal. Pembelajaran setiap anak berbeda, tidak bisa digeneralisir,` tuturnya.

Seto menambahkan orang tua tidak perlu khawatir dengan pendidikan lanjut bagi anaknya karena, untuk kelulusan tingkat sekolah dasar ada sekitar 17 kompetensi yang harus dipenuhi, antara lain, si anak bisa bergaul, sopan kepada orang tua, menerapkan pelajaran agama dengan benar.

`Caranya terserah masing-masing, tapi yang pasti, paradigma bahwa anak itu bagaikan sebuah gelas kosong dan harus diisi oleh guru sebaiknya harus ditinggalkan,` demikian pakar pendidikan anak.

Pada bagian lain ia juga mengkritik, standar kurikulum pendidikan di Indonesia yang dinilai cukup berat bagi anak-anak karena jumlah jam belajar mencapai lebih dari 1.400 jam per tahun, padahal, maksimal jam belajar yang ditetapkan Organisasi Pendidikan PBB (UNESCO) hanyalah 800 jam per tahun.

`Beban kurikulum yang melebihi standar tersebut malah akan menyebabkan anak tidak mau belajar dan kesan sekolah sebagai tempat yang menyenangkan menjadi hilang,` katanya. Indikasi kejenuhan belajar itu terlihat dari sikap anak-anak yang merasa senang jika sekolahnya diliburkan jika guru-gurunya harus melakukan rapat.

Oleh sebab itu, pendidikan jangan selalu diindentikkan dengan sekolah karena inti dari pendidikan adalah menciptakan suasana di mana potensi masing-masing anak bisa berkembang secara optimal. `Banyak contoh belajar di rumah bisa lebih efektif, seperti yang diterapkan oleh Ki Hajar Dewantara atau Buya Hamka,` ucapnya. ***

Kak Seto: Jam Belajar Anak SD Indonesia Lebihi Standar UNESCO


Kapanlagi.com - Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulyadi, mengatakan, jam belajar anak Sekolah Dasar (SD) di Indonesia mencapai 1.400 jam per tahun, melebihi standar jam belajar 800 jam per tahun yang telah ditetapkan UNESCO.
"Standar belajar UNESCO 800 jam per tahun untuk anak SD, sedangkan anak SD di Indonesia belajarnya mencapai 1.400 jam. Kejamnya luar biasa," ujar Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak yang akrab dipanggil Kak Seto, di Jakarta, Sabtu (14/4) sore.

Menurut dia, istilah wajib belajar sekarang ini salah. Mengenyam pendidikan bagi anak merupakan hak bukan kewajiban, justru yang wajib adalah pemerintah yang harus menyediakan tempat belajar yang menyenangkan.

Dia mengatakan, seharusnya semua orang dapat membuat belajar itu terkait dengan pengalaman yang menyenangkan.

"Anak-anak pada dasarnya sejak kecil senang belajar. Yang membuat mereka tidak senang ya gara-gara sekolah itu dibuat jadi 'susah', PR-nya, kurikulumnya terlalu padat," ujar dia.

'Homeschooling' yang sedang dikembangkan saat ini merupakan cara baru bagi anak untuk tetap belajar tanpa perasaan tertekan, ujar dia. Masyarakat tidak perlu mengkhawatirkan legalitas dari 'homeschooling' tersebut kalau memang undang-undang menjaminnya.

"Yang penting kurikulumnya sesuai standar kompetensi lulusan," ujar dia.

Menurut Kak Seto
Dia mencontohkan, jumlah anak-anak di sekolah nasional yang stres dan yang mau bunuh diri karena tertekan dengan jam dan kurikulumnya, kian hari kian mengkat, padahal biaya sekolahnya mahal.

Tetapi dengan 'homeschooling' dan Mobil 'Kelas Berjalan' dimana anak-anak dapat belajar di alam bebas justru akan senang dan tetap dapat lulus sekolah.

Kak Seto menambahkan, selain itu, anak perlu dimotivasi dari dalam agar mau belajar sendiri. Itu merupakan kunci keberhasilan dari 'homeschooling' maupun belajar di Mobil 'Kelas Berjalan', bukan dengan memberikan nilai tinggi dan hukuman jika tidak mengerjakan PR.

Dia juga menjelaskan, di Mobil Kelas Berjalan diterapkan cara 50 persen belajar dan 50% bermain, karena itu anak-anak akan senang dan tidak tertekan, tetapi mereka justru akan mengerti secara logika. (*/bun)

Rabu, 07 September 2011

UI Terbaik di Indonesia versi World University Ranking 2011


REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK - Berdasarkan penilaian yang dikeluarkan Quacquarelli Symonds (QS) World University Ranking 2011/2012 pada 5 September, Universitas Indonesia (UI) berada pada peringkat ke-217 (peringkat 236 pada 2010). QS World University Ranking 2011/2012 yang menilai lebih dari 600 perguruan tinggi terbaik di dunia menempatkan UI sebagai satu-satunya Perguruan Tinggi di Indonesia yang masuk dalam Top 300 Universities in the World.
Dibandingkan dengan peringkat 2010, UI meningkat secara signifikan yaitu sebanyak 19 tingkat yaitu peringkat ke-217 (skor 45.10). Pada 2010 UI berada pada urutan ke-236 (skor 42.56). UI mengungguli sejumlah perguruan tinggi favorit di dunia seperti University of Notre Dame, United States (urutan ke-223, skor 44.8), Mahidol University Thailand (urutan ke-229, skor 43.10), University of Technology, Sydney Australia (urutan ke-268, skor 39.7).
Pemeringkatan QS World University Ranking 2011/2012 menilai pada lima rumpun ilmu yaitu Arts and Humanities, Engineering and Technology, Life Sciences and Medicine, Natural Science dan Social Sciences & Management. Pada bidang ilmu Arts and Humanities UI berada pada peringkat 142, bidang Engineering and Technology UI pada peringkat 232, bidang Life Sciences and Medicine peringkat 162, bidang Natural Science peringkat 258 dan bidang Social Sciences & Management pada peringkat 124.
QS World University Ranking menggunakan enam parameter dalam pemeringkatan yaitu academic reputation (40 persen), employer reputation (10 persen), student/faculty ratio (20 persen), citations per faculty (20 persen), international faculty (5 persen) dan international students (5 persen).
Prestasi Nasional
Pencapaian ini tidak hanya milik UI sendiri, tetapi juga merupakan prestasi nasional. Ini karena prestasi tersebut tidak terlepas dari dukungan pemerintah terhadap peningkatan kualitas pendidikan di UI. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional sejak 2010 telah mencanangkan program peningkatan kualitas dan daya saing internasional perguruan-perguruan tinggi nasional melalui program internasionalisasi.
Program tersebut dimanifestasikan dalam kegiatan-kegiatan pemberian beasiswa luar negeri bagi dosen, fasilitasi publikasi internasional, fasilitasi riset kolaborasi internasional, pelatihan bagi dosen, pengembangan sistem manajemen berbasis kinerja, dan sebagainya.

Strategi Peningkatan Daya Saing UI
Jika dilihat dari parameter penilaian dalam pemeringkatan QS World University Ranking, indikator-indikator yang digunakan cukup komprehensif. Indikator yang dimaksud adalah kualitas akademik, publikasi, manajemen, rasio kecukupan dosen, serta pertukaran mahasiswa/ dosen internasional.
Peningkatan kualitas pada unsur-unsur tersebut memerlukan kerja yang serius untuk mengembangkan potensi yang ada baik dari dalam maupun dari luar UI. UI sendiri sejak 2007 telah mencanangkan visi untuk menjadi universitas riset berkelas dunia.
UI diharapkan dapat menjadi universitas yang mampu menghasilkan ilmu pengetahuan dari karya-karya risetnya yang kualitasnya memiliki daya saing di tingkat internasional. Visi ini sejalan dengan Rencana Strategis Ditjen Dikti Kemdiknas 2010-2014, sehingga dukungan dan fasilitasi pemerintah melalui Kemdiknas memungkinkan UI mencapai visi tersebut.
Strategi UI untuk meningkatkan daya saing internasional terdiri dari konsolidasi internal, horisontalisme dan kolaborasi global. Konsolidasi internal dilakukan dengan memperkuat sistem administrasi dan manajemen pendidikan di UI. Di antaranya dengan melakukan integrasi sistem administrasi keuangan dan sumberdaya manusia.
Administrasi keuangan UI sejak 2009 telah mulai terintegrasi dan transparan. Integrasi tersebut telah memungkinkan UI untuk melaksanakan program-program peningkatan kualitas dengan lebih baik dan mereduksi hambatan yang berasal dari kesulitan pembiayaan.
Transparansi keuangan juga lebih terjamin dengan pengembangan sistem informasi yang lebih baik dan dilakukannya audit eksternal. Horisontalisme dilakukan dengan pengintegrasian rumpun ilmu. Di ranah akademik, tradisi keilmuan yang multidisipliner di tiga rumpun ilmu, yaitu kesehatan, teknologi dan sosial mulai dikembangkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan riset.
Kolaborasi global juga secara aktif dilakukan oleh UI dalam 4 tahun terakhir. Jumlah kerjasama internasional untuk program-program dual degree dan kelas internasional terus ditingkatkan. Kerja sama riset dengan universitas-universitas internasional terkemuka juga terus ditingkatkan.
Kinerja yang dihasilkan dari strategi ini cukup memuaskan. Dalam 2010, telah terjadi peningkatan signifikan dalam publikasi jurnal hingga mencapai angka 200 persen, pengelolaan sumber daya manusia di tingkat universitas maupun fakultas serta tata kelola organisasi yang mencakup budaya, kebiasaan, kebijakan dan aturan organisasi menjadi pendukung pencapaian UI sebagai salah satu universitas terbaik di Indonesia dan dunia.
Pencapaian ini bukanlah hal mudah di tengah-tengah dinamika perkembangan pendidikan tinggi di Indonesia sehingga diperlukan perjuangan tiada henti untuk terus meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan bagi UI sendiri maupun pendidikan Indonesia pada umumnya.